Jumat, 18 Agustus 2017

Stockshot Dirikan Marketplace Konten Video Pendek Bernuansa Lokal

Stockshot 1 | ScreenshotFounder: Tjandra Wibowo, Neneng Herbawati, Sumanggar
Industri: marketplace footage video
Status pendanaan: bootstrapping
  • Stockshot menawarkan beragam footage video serta film pendek tentang Indonesia yang diunggah oleh para kontributornya.
  • Meski belum ada pesaing lokal yang benar-benar serius menggarap marketplace video footage dalam negeri, mereka harus bersaing dengan sejumlah pemain asing.

Apa kamu pernah membutuhkan konten video seperti rekaman suasana bawah laut di Taman Nasional Komodo, atau kehidupan monyet di Maluku Utara, namun tidak bisa secara langsung ke sana karena keterbatasan biaya?

Padahal di luar sana, mungkin ada beberapa orang yang sebenarnya pernah mengambil video di lokasi-lokasi yang kamu perlukan. Sayang mereka  hanya menyimpan video tersebut di harddisk masing-masing.
Masalah ini dipahami betul oleh tiga orang berpengalaman di industri media dan hiburan tanah air, yaitu Tjandra Wibowo, Neneng Herbawati, dan Sumanggar. Tjandra merupakan sosok yang pernah berkarir di TPI dan SCTV, Neneng merupakan mantan Managing Editor di Bisnis Indonesia, sedangkan Sumanggar merupakan pemilik rumah produksi MP Pro.
Di tahun 2017, ketiga sahabat tersebut memutuskan untuk membuat sebuah marketplace yang bisa mempertemukan kamu dengan para pembuat video pendek, video seri, serta footage. Platform tersebut mereka beri nama Stockshot, dengan Saptono Ariyanto sebagai CEO.
“Kami ingin mempertemukan para pembuat video dengan para pembeli, baik korporasi maupun individual, di Stockshot. Kami menyediakan sistem yang mudah untuk bertransaksi, konten tentang Indonesia, dan menggunakannya tanpa melanggar hak cipta siapa pun,” jelas Diyan Surya, VP Marketing Stockshot.

Telah miliki dua ribu video footage

Stockshot | Screenshot
“Banyak teman-teman yang mempunyai koleksi konten video bagus, tapi tidak tahu mau diapakan, yang akhirnya hanya tersimpan di harddisk atau laci. Di sisi lain, harga footage (yang tersedia di pasaran) cukup mahal. Pencariannya pun masih manual alias dari mulut ke mulut di kalangan agensi dan perusahaan media,” jelas Diyan kepada Tech in Asia Indonesia.
Sejak mengadakan soft launch di Mei 2017, Stockshot mengaku telah mempunyai 2.000 video footage, 63 judul video pendek, serta 14 program video seri. Kebanyakan video tersebut dibeli oleh agensi iklan, media online, hingga maskapai penerbangan nasional.
“Jumlah kontributor di Stockshot memang masih kecil, jauh ketinggalan dari marketplace di negara-negara lain. Salah satu sebabnya mungkin karena kami memang baru terjun ke industri ini,” tutur Diyan.
Sejauh ini, mereka telah mempunyai dua belas anggota tim yang didominasi oleh tim pemasaran, developer, serta konten. Stockshot hingga saat ini masih beroperasi dengan dana dari para foundermereka sendiri (bootstrapping).

Tengah kembangkan aplikasi mobile

Stockshot 1 | Screenshot
Hingga akhir tahun 2017, Stockshot menargetkan untuk bisa mempunyai seratus kontributor, dengan koleksi footage yang mencapai sepuluh ribu video. Untuk memenuhi hal tersebut, mereka pun berusaha menggandeng beberapa lembaga audiovisual serta komunitas hobi.
“Selain itu, kami pun tengah dalam proses penyempurnaan platform, pengembangan API, serta pembuatan aplikasi mobile agar bisa menjangkau lebih banyak pengguna dan kontributor,” tutur Diyan.
Meski belum mempunyai pesaing di tanah air, namun Stockshot sadar kalau mereka sudah harus bersaing dengan pemain asing seperti Shutterstock, Getty Images, hingga Pond5. Menarik untuk ditunggu apakah mereka nantinya  bisa memenangkan persaingan di pasar tanah air.
(Diedit oleh Iqbal Kurniawan)
sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar